Rabu, 05 Januari 2011

bangun bisnis dan beli properti

Ada satu petuah bisnis menarik yang diajarkan oleh Robert T. Kiyosaki, penulis buku “Rich Dad, Poor Dad”, yang jadi Best Seller. Petuah itu bunyinya, “Setelah kita sukses membangun bisnis maka jangan lupa beli properti. Selain kita punya penghasilan dari bisnis yang kita jalankan, kita juga akan mendapat untung dari gain kenaikan nilai properti itu”. Saya kira, Kiyosaki benar. Petuah itu sebenarnya merupakan kata kunci yang menjadi sebab, mengapa orang kaya semakin kaya. Oleh karena orang kaya yang cerdas selalu  membeli properti yang setiap waktu akan terus berlipat nilainya, itulah yang membuatnya semakin kaya.
Namun, jauh sebelum membaca buku itu, sebagai entrepreneur saya sudah mempraktikkan ajaran itu sejak dulu. Oleh karena itu, ada petuah tambahan yang bisa saya berikan untuk anda dalam membeli properti dari hasil keuntungan sukses bisnis yang anda bangun. Dalil bisnisnya berbunyi, “Kalau anda berniat membeli properti, janganlah sesuai kemampuan dana yang tersedia. Bahkan lebih baik belilah properti dengan utang bank. Oleh karena semakin sedikit uang yang anda keluarkan untuk membeli properti, semakin besar keuntungan anda”.
Jelaslah, kalau kita punya dana  Rp 400 juta janganlah membeli properti pas senilai dana yang kita punya. Bukankah membeli properti tidak harus tunai. Bisa dengan cara kredit. Jadi sebaiknya pecahkanlah RP 400 juta anda untuk 4 properti, misalnya masing-masing cukup anda bayar uang muka pembeliannya sebesar Rp 100 juta, sisanya Rp 300 juta dari bank. Nah, kalau anda hanya membeli satu properti senilai Rp 400 juta, maka lima tahun kemudian anda hanya akan menerima keuntungan berlipat-nya harga dari satu properti saja. Tapi kalau empat properti, lima tahun kemudian satu properti anda yang semula Rp400 juta telah berlipat menjadi Rp 2 milyar. Sehingga 4 properti menjadi 8 milyar.
Barang kali anda bertanya, mengapa membeli properti dengan utang lebih menguntungkan? Ada baiknya kita simak saran bisnis dari Dolf De Roos, konsultan ayah kaya Robert T. Kiyosaki dalam bukunya, “Real Estate Riches” Dolf menulis, “Saya tidak membeli properti untuk membeli tanahnya, karenaitu tidak produktif. Saya tidak membeli properti untuk bangunan gedung karena butuh maintenance. Dan, saya tidak membeli properti untuk disewakan karena butuh manajemen. Alasan terkuat saya membeli properti adalah untuk mendapatkan utang. Alasannya sederhana, “Jumlah utang selalu sama, tetapi nilai aset terus melambung”.
Dengan memetik petuah bisnis tersebut, saran saya, kita sebaiknya jangan takut berhutang ke bank untuk membeli Properti. Ubahlah mindset, bahwa utang akan mengundang masalah bagi anda. Memang untuk belajar memupuk rasa percaya diri dalam berhutang bolehlah memulai dengan nilai kecil. Tapi, sekali anda berhasil bukan anda yang mencari utang ke bank, tapi bank yang justru akan mencari anda supaya mengambil utang.
Tak salah kalau lantas muncul canda di kalangan entrepreneur bahwa, “kalau anda berani utang Rp 50 juta, andalah yang punya masalah. Tapi kalau anda berani utang Rp 50 milyar. Bank yang akan punya masalah. Percayalah, semakin sering kita berani utang, maka bank akan semakin percaya pada bisnis kita.” Anda berani mencoba?

hutang berlipat kekayaan meningkat

Miming Pandai mengelola hutang baiknya sehingga omset perusahaannya mencapai puluhan miliar hanya dalam waktu dua tahun. Bagaimana? Perasaan apa yang dialami oleh seseorang ketika ber hutang pada bank? Malukah atau merasa khawatir tidak mampu membayar angsuran? Kedua perasaan itu pernah saya alami dua setengah tahun yang lalu, kenang Miming Pangarah, pemilik perusahaan percetakan asal Bandung, Indoprint. Bila sekarang, berapa pun besarnya jumlah hutang yang di tawarkan pasti saya akan ambil, tukasnya. Pada tahun 2002 Miming hanyalah pengusaha biasa dan belum dikenal sukses seperti sekarang.
Baru setelah dia mendapatkan berkah dari ‘bermain hutang bank’ namanya berkibar khususnya di kalangan komunitas Entreprenur University (EU). Saya belajar bagaimana caranya agar uang dapat bekerja untuk kita, ungkapnya. Sebelum ini, saya hanya mempunyai hutang sekian puluh juta, dan pada waktu itu saya hanya berfikir bagaimana caranya agar hutang saya lunas. Saya berbuat bagaimana menutupi hutang, ternyata itu adalah cara yang salah! katanya.
Belajar dari pentolan EU, yakni Purdi E Chandra, ia baru paham di dalam menjalankan bisnis yang lebih tepat adalah bukan berusaha bagaimana agar hutang-hutang menjadi lunas, tetapi sebaliknya adalah bagaimana agar bisa mendapatkan hutang lebih besar dari utang tersebut. Maka ketika dia hanya memiliki hutang kecil, ia mengaku mesti bekerja menjaga toko mati-matian agar bisa menutup tanggungan angsuran bulanan. Kebalikan dengan sekarang, besarnya bunga yang harus saya bayar per bulan kepada bank kira-kira Rp 60 juta, tetapi bukan saya yang membayar, karena keuntungan bisnis yang berjalan itulah yang menutup sendiri, paparnya. Logikanya sederhana. Hitungan kasar bunga bank adalah sekitar 1,5% besarnya tiap bulan. Sedangkan profit yang didapatkan dari bisnis paling tidak adalah 5% dan bisa lebih. Dari situ besar bunga yang mesti ditanggung sudah tertutup masih ditambah sisa keuntungannya. Meski selisih hanya 3,5% itu sudah cukup besar bila dikalikan dengan jumlah hutang sebesar Rp 500 juta, misalnya.
Mengenai resiko kredit macet karena bisnis yang tidak bisa jalan atau merugi Miming menepis bahwa kemungkinan itu kecil terjadi asalkan pengusaha disiplin dalam mengelola manajemen keuangan. Prinsip yang harus dipegang bahwa menggunakan kuncuran kredit untuk keperluan konsumtif adalah tabu dilakukan. Ia mewanti-wanti bila orang sudah mulai berani menggunakan sekian ribu uang dari bank untuk di luar kepentingan bisnis, maka hal sembrono itu akan terus terulang dalam jumlah yang makin membesar. Saya pastikan bahwa dia akan bangkrut, ancamnya. Miming membenarkan bahwa masalah yang kerap dihadapi oleh pelaku usaha tingkat UKM ketika berhubungan dengan bank adalah tidak bisa meyakinkan pihak pemberi utang. Maka sejak awal hendak mengajukan keredit ia telah menerapkan pembukuan yang mengikuti standar berikut neraca dan rekening koran. Laporan ke uangan kita buat bagus sehingga bank percaya sama kita, ujarnya. Soal agunan? Bukan masalah, karena aset yang di miliki itulah yang diagunkan, Sehingga resiko tidak ada, karena paling-paling ruko saya yang diambil, ucapnya enteng.
Saat ini ia mengaku sudah mempunyai lima buah ruko dan sedang membangun pabrik percetakan sendiri, di samping membuka usaha yang lain yaitu beberapa buah salon yang di waralabakan, BPR, usaha sablon, dan juga telah membeli franchise Primagama. Sehingga total asset yang di miliki adalah sekitar Rp 7 miliar yang di capai hanya dalam tempo 2,5 tahun. Sedangkan total kredit mencapai sekitar Rp 3,5 miliar besarnya. Ketika dulu saya takut sama bank, omset bisnis saya kira-kira cuma Rp 150 juta setahun, sekarang ketika saya berani menggunakan hutang bank omset saya sudah di atas 10 miliar setahun, tuturnya mantap. Kredit dalam jumlah besar tentu saja tidak bisa diharapkan dengan serta-merta. Saya juga mulai dari jumlah kecil, ujarnya. Pertamakali mengajukan kredit senilai Rp 30 juta, kemudian meningkat seiring dengan pertambahan aset yang di hasilkan dari kucuran dana sebelumnya. Maka perlu sekali untuk menjaga hubungan baik dengan tidak membuat kesalahan dengan bank, imbuhnya. Meski jaringan usahanya sudah mulai menggurita bukan berarti pembicara aktif EU tersebut mesti sibuk mengurusi bisnis tiap hari. Sebaiknya dia leluasa menjalani aktifitasnya berkeliling sebagai pembicara ke berbagai kota di seluruh Indonesia baik di Jakarta, Cilegon, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Palembang, Padang, Denpasar dan lain-lain. Saya adalah orang yang paling dicari setelah Pak Purdi, katanya. Sedangkan urusan bisnis ia telah mempercayaksan pada SDM yang menangani secara profesional. Saya menerapkan manajemen profesional termasuk untuk menggaji diri saya, tuturnya. Ia ingin meyakinkan bahwa kalau dengan apa yang dilakukannya dia bisa melakukan loncatan seperti sekarang, tentu orang lain akan bisa pula.
Saya hanya ingin merubah pikiran banyak orang bahwa bisnis itu tidak mesti memakai uang, yang penting butuh keberanian, tegasnya. Ditambahkan, Ketika seseorang sudah memiliki niat untuk berbisnis, pikirkan bisnis jenis usahanya dan jalannya. Artinya tidak bisa hanya dengan berangan-angan tetapi sambil diam saja.

berhutang itu sungguh mulia

Dalam sebuah program pelatihan entrepreneur yang diadakan Entrepreneur University, beberapa waktu lalu, saya ditanya peserta, “Bagaimana cara kita berwirausaha namun tidak punya modal?” Saya jawab, “kuncinya, BODOL!” Itu singkatan “Berani, Optimis, Duit, Orang lain.
Maksudnya, bila kita berani menjadi wirausahawan atau Entrepreneur, tentunya kita harus punya keberanian. Tak hanya berani mimpi, tapi juga berani mencoba, berani gagal, dan berani sukses. Saya kira hal ini penting dan harus kita miliki. Selain itu, kita juga harus optimis, maka akan selalu yakin akan masa depan, yakin pada kemampuan, dan juga menghentikan alur pemikiran yang negatif.
Dan, kita janganlah mudah percaya pada mitos yang mengatakan, bahwa usaha ini tak mungkin dimulai dengan modal dengkul. Begitu pula mitos yang mengatakan, bahwa modal dengkul berarti mulai kecil – kecilan. Saya percaya, bahwa kalau kita yakin akan bisnis yang kita lakukan, pastilah bisa jalan. Kalaupun nanti di tengah jalan kita kesulitan modal, anggaplah itu wajar saja dalam bisnis. Sebab, sesungguhnya salah satu ciri usaha atau bisnis kita berkembang adalah selalu saja kekurangan modal. Bila bisnis kita bertambah maju dan omzet naik, maka dituntut pula menyediakan modal tambahan.
Singkatnya, dengan omzet naik, kita dihadapkan pada kesulitan modal,  kita butuh duit. Duit itu dapat dari mana? Jika punya warisan dan simpanan banyak tak masalah. Jika tidak ada? Duit itu bisa kita dapat dari duit orang lain atau hutang. Apalagi yang namanya modalnya Entrepreneur adalah dengkulnya. Maka tak punya dengkulpun, bisa meminjam dengkul orang lain. Atau katakanlah, akhirnya hutang di bank, atau kita dapat hutang berarti itu membuktikan bahwa kita memang dipercaya. Credible…
Sehingga semakin besar hutang kita pada bank dan tidak macet, maka semakin besar pula kepercayaan bank pada kita. Sehingga bonafiditas seorang entrepreneur diukur dari seberapa besar hutang yang didapatnya, dan kita semakin dihormati. Sebab, bunga hutang kita itupun digunakan untuk membiayai operasional bank tersebut, termasuk gaji para karyawan dan bunga para penabung.
Ingat, bisnis bank salah satu sumber pendapatannya dari bunga pinjaman. Bahwa dengan kita berhutang yang digunakan untuk mengembangkan usaha, maka tentu saja hal itu tak mustahil akan meciptakan lapangangan kerja baru. Itu sangant bermanfaat. Apakah itu, namanya tidak mulia?
Bicara soal hutang, saya jadi teringat pada pada metabolisme tubuh manusia. Agar metabolisme tubuh kita berjalan baik, tentu saja aliran darahnya juga harus baik dan stabil sesuai kebutuhan organ-organ tubuh kita. Kalau kurang darah tentu saja perlu di atasi dengan cara tambahan darah. Nah, utang itulah saya ibaratkan darahnya.
Memang yang namanya hutang di bank ini ada resikonya. Tapi semuanya itu dianggapnya perjuangan. Perjuangan adalah hari-hari yang dijalani oleh seorang entrepreneur. Saya sendiri sangat merasakan hal itu. Tapi anggaplah resiko itu sesuatu yang harus senantiasa diperhitungkan, namun tidak  perlu kita takuti. Asal saja, hutang atau tambahan modal usaha itu betul-betul digunakan untuk kepentingan bisnis dan bukan untuk kepentingan konsumtif. Memang, kita dituntut pintar dan seefektif mungkin menggunakannya. Sehingga kita dapat membayar utang tepat waktu.
Saya dan Anda, mungkin sama-sama yakin betul, bahwa seorang Entrepreneur yang cerdas pasti bisa memanfaatkan hutang itu sebaik mungkin. Alasannya adalah dia seorang pekerja keras, tekun, tak mudah puas, berani bersaing, gerak langkahnya cenderung mengejar prestasi terbaik, dan berani mengambil resiko, termasuk berhutang budi.
Itu sebabnya, mengapa dia lebih mampu menangkap dan memanfaatkan peluang apa pun dengan baik, termasuk tentunya kejeliannya dalam berhutang. Maka tak mustahil, Kalau seorang entrepreneur tidak berhutang hidupnya pun terasa hampa. Karena baginya, berhutang pun tetap mulia. Ya, itulah entrepreneur.

berani SUKSES !!!!!

Seberapa besar rejeki yang kita inginkan,
itu sama dengan seberapa besar kita berani mengambil resiko.
– Purdi E Chandra
sucsesHANYA segelintir entrepreneur yang dapat mencapai tangga sukses teratas tanpa perjuangan dan pengorbanan. Resepnya, antara lain, kalau melakukan kesalahan, mereka melupakannya dan terus bekerja, hingga akhirnya mencapai kesuksesan. Menurut saya, kita sebagai entrepreneur harus selalu berani berpikiran sukses dan berani mengembangkan kepercayaan diri.
Harus selalu ingat, bahwa kita adalah orang yang berpotensi dalam bisnis, yang setiap saat harus selalu melipatgandakan kepercayaan diri, dan bisa menghilangkan penyakit exucitis, penyakit mencari alasan. Apakah itu alasan yang berkaitan dengan kesehatan, intelejensia atau kecerdasan, usia, dan nasib. Kita pun juga harus berani merubah kegagalan menjadi kemenangan atau kesuksesan.
Untuk sebuah kesuksesan, dibutuhkan keberanian secara terus menerus untuk mempelajari kemunduran bisnis kita menuju kesuksesan. Dalam bisnis, sangat wajar kalau kita belajar dari kesuksesan yang dicapai pesaing kita. Namun yang penting, bagaimana kita harus menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat oleh pesaing kita itu. Kita juga harus selalu siap menghadapi perubahan-perubahan yang selalu ada dalam kehidupan bisnis.
Upaya-upaya mencipta ide-ide terbaik yang bersifat competitive advantage saya kira menjadi sangat penting, dan kalau perlu kita gabung-gabungkan ide-ide terbaik dari para pesaing kita.
Dengan kata lain, sebagai seorang entrepreneur, kita pun harus senantiasa setiap saat selalu membuka mata dan telinga terhadap suatu kesempatan atau peluang. Sebab, disamping faktor rejeki, maka peluang itu juga menyangkut dengan faktor nasib kita. Bila kita mampu melakukan hal itu, tidak mustahil kesuksesan akan dapat kita raih.
Saya yakin, kita semua pasti mendambakan kesuksesan. Ingin memperoleh yang sebaik-baiknya dari perjalanan hidupnya. Tidak ada orang yang bisa mendapatkan kenikmatan dari hidup yang terus merangkak-rangkak, kehidupan yang setengah-setengah. Sukses berarti banyak hal yang mengagumkan dan positif. Sukses berarti kesejahteraan pribadi: rumah bagus, keamanan di bidang keuangan dan kesempatan maju yang maksimal, serta berguna bagi masyarakat. Sukses juga berarti memperoleh kehormatan, kepemimpinan, dan disegani.
Dengan demikin sukses berarti self respect, merasa terhormat, terus menerus merasa bahagia, dan merasakan kepuasan dari kehidupannya. Itu artinya, kita berhasil berbuat lebih banyak yang bermanfaat. Dengan kata lain, sukses berarti menang! Namun sayangnya, di era globalisasi seperti sekarang ini, tidak semua entrepreneur berani menyebutkan, bahwa dirinya telah mencapai kesuksesan.
Sebaliknya, saya justru berpendapat bahwa kita sebagai entrepreneur harus berani menyatakan dirinya sukses. Karena dengan keberanian kita menyatakan sukses, akan membangkitkan kepercayaan diri. Dengan kepercayaan diri yang besar itu, kita akan lebih bersemangat untuk meraih kesuksesan. Dan saya tetap yakin, betapa pun sibuknya entrepreneur-entrepreneur yang sukses, ia akan tetap siap membantu teman-teman yang memerlukannya. Dan, mereka semakin percaya pada Tuhan sebagai suatu kekuatan besar.

berani mencoba

Seandainya kita berani mencoba dan kita lebih tekun dan ulet,
maka pasti yang namanya kegagalan itu tak akan pernah ada.
– Purdi E Chandra
jumpORANG bukannya gagal, tetapi berhenti mencoba. Ungkapan ini sengaja saya kedepankan. Mengapa? Karena sesungguhnya seseorang untuk dapat meraih kesuksesan dalam karier atau bisnisnya, maka orang itu harus punya keberanian mencoba.
Seorang entrepreneur – dalam situasi sesulit apa pun – akan semakin tertantang untuk tidak berhenti mencoba. Dengan kata lain “berani mencoba” dan orang yang selalu berani mencoba itulah yang pada akhirnya justru akan meraih kemenangan atau kesuksesan.
Dalam bisnis, tampaknya kita perlu mengedepankan sikap seperti itu, dan saya kira tidak ada salahnya bila kita bersikap positif semacam itu. Berdasar pengalaman, saya melihat, bahwa seorang entrepreneur adalah orang yang tidak mudah percaya sebelum mencobanya. Meskipun ketika mencobanya, keyakinan kita hampir padam karena pasti akan diterpa ‘angin”. Dan ternyata, terpaan ‘angin” tersebut justru dapat membakar semangat kewirausahaan (the spirit of entrepreneurship) kita. Nalar bisnis (sense of business) kita semakin optimal, dan pada akhirnya, sebagai entrepreneur, kita semakin yakin akan kesuksesan yang akan kita raih.
Tegasnya, keberhasilan dalam bisnis memang sangat ditentukan oleh semangat kewirausahaan kita yang tinggi. Dengan demikian sikap mencoba dan mencoba terus-menerus itu akan dilakukannya. Pada akhirnya dengan sikap kita yang “berani mencoba” itu, akan membuat kita tidak akan mudah terpuruk dengan keputus-asaan. Apalagi sampai menghancurkan hidup dan bisnis yang telah kita rintis lama.
Selain itu, pikiran kita juga harus tetap diformulasikan ke arah positif. Bukan sebaliknya, suka berpikir negatif, apalagi sampai putus asa. Sikap semacam ini harus kita buang jauh-jauh.
Jika pikiran kita tidak melihat hasil akhir, bahwa bisnis kita bakal sukses, maka tentu kita akan kehilangan semangat kewirausahaan. Sebab, dengan kita memiliki bayangan kesuksesan di masa depan, tentu akan dapat memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Bahkan, menjadikan diri kita bersikap tidak mudah putus asa.
Dalam bisnis modern, kita tidak akan dapat hidup tanpa kita mempunyai sikap keberanian mencoba. Kita lihat saja, masih banyak orang yang gagal dalam usahanya, yang akhirnya putus asa tanpa mampu lagi berbuat sesuatu, tanpa berani mencoba lagi. Sikap semacam itu jelas akan merugikan kita, bukan saja dari aspek materi atau finansial saja, tapi juga dari aspek psikologis. Oleh karena itu, walaupun di masa krisis, sebaiknya kita harus tetap menjadi entrepreneur yang memiliki semangat kewirausahaan yang tinggi.
Kita juga harus punya keyakinan, bahwa sesungguhnya seseorang itu tidak ada yang gagal dalam bisnisnya. Mereka yang gagal hanyalah karena dia berhenti mencoba, berhenti berusaha. Seandainya kita berani mencoba, dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti yang namanya kegagalan itu tidak akan pernah ada. Artinya, dengan kita mau berjerih payah dalam berusaha, tentu kita akan menuai keberhasilan.
Untuk itu, kita harus berani mencoba. Sebab, tidak satu pun di dunia ini, termasuk di dalam dunia entrepreneur yang dapat mengantikan keberanian mencoba. Dengan bakat bisnis? Tidak bisa. Sebab orang berbakat yang tidak berhasil meraih sukses banyak kita jumpai. Bagaimana dengan kejeniusan seseorang? Juga tidak. Sebab kejeniusan yang hanya dipendam saja, itu sama saja dengan omong-kosong. Tergantung pendidikannya juga tidak. Sebab di dunia ini sudah penuh dengan pengangguran yang berijazah sarjana. Dan ternyata, hanya dengan keberanian mencoba dan mencoba itulah yang dapat menentukan kesuksesan bisnis kita.

berani dan mimpi merupakan modal dalam berbisnis

Salah satu pandangan keliru pada sebagian orang yang ingin memulai usaha tapi tak juga berani melakukan apapun untuk mewujudkannya, adalah karena mereka yakin kalau memulai usaha itu harus punya uang tunai sebagai modal awal usaha terlebih dulu. Itu keliru besar!
Sebenarnya yang paling dibutuhkan untuk memulai usaha bukan modal uang, tetapi keberanian untuk terus mencoba, memulai usaha dengan langkah nyata. Kalo perlu dengan modal mimpi. Oleh karena itu, seorang entrepreneur jangan takut bermimpi, karena mimpi kita adalah tidak lain dari bagian visi kita yang akan menjadikan cetak biru (blue print) kenyataan. Oleh karena itu, rezeki yang kita inginkan bisa mengikuti mimpi kita, bahkan dalam banyak realitas, rezeki itu berbanding lurus dengan mimpi kita.
Jadi, bila kita sudah berani untuk memulai langkah, cobalah mewujudkan ide bisnis. Entrepreneur harus pantang berhenti. Yang harus dilakukan hanyalah mencoba dan terus mencoba. Untuk itu, logis kalau kita harus berani menghadapi kegagalan berulang-ulang dan anggaplah hal itu sebagai proses belajar menuju kesuksesan. Dengan demikian yang namanya kegagalan tak pernah kita kenal dalam kehidupan kita. Oleh karena di dalam diri seorang entrepreneur tidak mengenal kamus gagal, yang ada hanyalah berhenti mencoba. Untuk meraih sukses seorang entrepreneur itu tak kenal istilah berhenti mencoba! Jadi, gagal itu biasa, terus mencoba dan berani gagal lagi itu baru luar biasa! Jangan patahkan semangat dengan mengukur kegagalan kita tapi lihatlah berapa kali kita berani bangkit dan mencoba lagi!

memulai bisnis tanpa uang tunai

Mungkinkah kita memulai bisnis tanpa memiliki uang tunai? Saya kira itu mungkin saja. Mengapa tidak! Jika kita mampu mengoptimalkan pemikiran kita, maka banyak jalan yang bisa ditempuh dalam menghadapi masalah permodalan untuk kita memulai bisnis. Cuma masalahnya, dari mana duit itu berasal? Logikanya, semua bisnis itu membutuhkan modal uang. Memang, kebanyakan kita selalu mengeluhkan ketiadaan modal uang sebagai alasan mengapa kita “enggan” berwirausaha. Padahal, modal yang paling vital sebenarnya bukanlah uang, tetapi modal non-fisik, yakni berupa motivasi dan keberanian memulai yang menggebu-gebu.
Saya yakin, jika hal itu bisa terpenuhi, maka mencari modal uang bukanlah persoalan yang tidak mungkin, mesti secara pribadi kita tidak memiliki uang. Sementara kita telah tahu, bahwa peluang bisnis telah ada di depan mata. Tentu, alangkah baiknya jika kita tidak menundanya untuk memulai berbisnis.
Toh kita tahu, bahwa sebenarnya banyak sumber permodalan. Seperti uang tabungan, uang pesangon, pinjam di bank, dan di koperasi atau dari lembaga keuangan, atau dari pihak lainnya. Namun, jika kita ternyata tidak memikili uang tabungan, uang pesangon, atau katakanlah belum ada keberanian untuk meminjam uang ke bank atau koperasi, saya kira kita juga tidak terlalu risau. Karena ada cara untuk kita memulai bisnis, mesti kita tidak memiliki uang tunai sekalipun.
Contohnya, kita bisa menjadi seorang pelantara. Misalnya, menjadi pelantara jual bile rumah, jual motor dan lain-lain. Keuntungan yang kita dapat bisa dari komisi penjualan atau dari cara lain atas kesepakatan kita dengan pemilik produk. Saya yakin, kita pasti bisa melakukannya.
Kita bisa juga membuat usaha dengan cara konsumen melakukan pembayaran dimuka. Dalam hal ini, kita bisa mencari bisnis di mana konsumen yang jadi sasaran bisnis kita itumau membayar atau mengeluarkan uang dulu sebelum proses bisnis, baik jasa maupun produk, itu terjadi. Misalnya bisa dilakukan pada bisnis jasa, seperti industri jasa pendidikan. Di mana, siswa diwajibkan membayar dulu di depan sebelum proses pendidikannya itu terjadi.
Bisa juga misalnya, ada orang yang memesan barang pada kita, namun sebelum barang yang dipesan itu jadi, pihak konsumen memberikan uang muka dulu. Artinya, ini sama saja kita telah diberi modal oleh konsumen.
Masih ada cara lain memulai bisnis tanpa kita memiliki uang tunai. Contohnya, menggunakan sistem bagi hasil. Biasanya, cara bisnis model ini banyak diterapkan pada Rumah Makan Padang. Di mana kita sebagai orang yang memiliki keahlian memasak, sementara patner bisnis kita sebagai pemilik modal uang.
Kita bekerjasama dan keuntungan yang didapat pun dibagi sesuai kesepakatan bersama. Atau kita mungkin ingin cara lain? Tentu masih ada. Contohnya, kita bisa melakukannya dengan sistem barter dengan pemasok, dan kita pun jika memiliki keahlian tertentu, mengapa tidak saja menjadi seorang konsultan. Selain itu, bisa saja dengan cara kita mengambil dulu produk yang akan diperdagangkan, hanya untuk pembayarannya bisa kita lakukan setelah produk tersebut terjual pada konsumen. Tentu, masih banyak cara lain untuk kita memulai bisnis tanpa uang tunai.
Oleh karena itu, menurut saya, sebaiknya kita tidak perlu berkecil hati atau takut dipandang rendah, bila ternyata kita memang tidak memiliki uang tunai namun berhasrat untuk memulai bisnis. Saya yakin dengan kita memiliki kemauan besar menjadi seorang wirausahawan atau entrepreneur, maka setidaknya akan selalu ada jalan untuk memulai bisnis. Nyatanya, tidak sedikit pengusaha yang telah meraih keberhasilan meski saat memulai bisnisnya dulu tanpa memiliki uang tunai.
Itu menunjukan bahwa tidak benar kalo ada yang mengatakan: “Tak mungkin kita memulai bisnis tanpa memiliki uang tunai”. Kuncinya sebetulnya terletak pada motivasi dan keberanian kita memulai bisnis yang mengebu-gebu. Hanya saja, untuk cepat meraih sukses, apalagi tanpa memiliki uang tunai, itu tidak semudah seperti kita membalikan telapak tangan. Semuanya membutuhkan perjuangan.

manfaatkan peluang usaha disekitar kita

Dalam buku ini, saya juga ingin mengungkapkan di mana sebernarnya kita bisa menangkap peluang bisnis di sekitar kita. Istilah popularnya Economic of Opportunity (EOO). Saya kira ini penting. Oleh karena peluang bisnis itu sebenarnya ada di sekitar kita. Referensinya juga bisa didapat dari lingkungan kita juga dari membaca, mendengar cerita orang lain, seminar, jalan-jalan, atau wisata. Ini dapat membangkitkan inspirasi dan ide-ide bisnis serta pengembangannya. Namun untuk menangkap peluang di butuhkan keberanian, kejelian, dan kreativitas bisnis. Sebenarnya di sekitar kita ini banyak sekali macam bisnis yang bisa diraih. Hanya saja, kita harus betul-betul memahami kebutuhan masyarakat konsumen. Sebagai contoh, di beberapa kota di Amerika Serikat, sudah banyak bisnis yang dikembangkan dari ide-ide sederhana seperti bisnis membangunkan orang tidur (morning call). Aneh, tapi itu nyata. Tentu pengguna jasa ini harus menjadi member terlebih dahulu dengan membayar annual fee dalam jumlah tertentu. Ada juga bisnis yang ada di sini masih langka dan belum memasyarakat yakni menyewakan pakaian & perlengkapan bayi.
Barang kali sekarang ini belum banyak yang kita temukan. Namun, saya yakin jika kreatif akan mampu melihat peluang bisnis sebanyak-banyaknya dan mampu menangkap satu atau dua diantaranya. Pendek kata, peluang bisnis tidak akan pernah ada habisnya, selama minat manusia masih menjalankan hajat hidupnya di dunia ini.
Dimana saja sebenarnya peluang bisnis ada di sekitar kita? Misalnya, saat Idul Fitri yang membawakan tradisi kirim mengirim parcel & buah tangan lainnya, walau itu sifatnya musiman, namun saya melihat itu adalah peluang bisnis. Awalnya musiman, tetapi bila dikembangkan dan ditekuni dapat dijadikan bisnis permanen bersama berkembangnya kehidupan masyarakat.
Keterampilan tertentu juga bisa dijadikan peluang bisnis. Terampil di bidang elektronika misalnya, bisa membuka bisnis reparasi dan maintenance alat-alat elektronik. Ahli di bidang komputer bisa membuka bisnis software dan hardware. Terampil di mesin, bisa memulai bisnis dari servis motor atau mobil. Atau barang kali, punya kreativitas yang berciri khas dan unik, kita bisa merintis kreatif, seperti kaos Dagadu itu.
Bahwa produk ini akhirnya jadi souvernir khas Yogya, itu sebagai bukti bahwa kreativitas bisa jadi peluang bisnis yang menarik untuk digeluti. Maka, tidak ada salahnya, jika kita juga mencoba mengembangkan kreativitas yang tidak lazim dan unik, agar bisa dijadikan peluang bisnis.
Tingkat pendidikan kita juga bisa menjadi peluang bisnis dengan pengembangan profesi. Misalnya sarjana matematika. Sarjana Sastra Inggris memulai usaha dengan membuka kursus bahasa inggris. Peluang bisnis ini juga ada di lingkungan keluarga. Bisa dimulai dengan berbisnis makanan atau catering dan keluarga bisa diajak serta, dan bisnis ini bisa dikelola dari rumah.
Peluang itu juga terdapat di lingkungan pekerja, organisasi, dan tetangga. Tentu saja, di lingkungan itu kita banyak teman. Maka, jika punya produk tertentu, kita bisa jual produk tersebut kepada mereka. Bahkan relasi kita pun bisa jadi peluang bisnis. Misalnya, bisa pinjam uang pada relasi untuk modal usaha. Produk yang dihasilkan, selain bisa di jual pada orang lain, juga pada relasi kita itu. Dengan begitu, kita tak hanya jeli mencari peluang bisnis, tapi juga mampu menciptakan pasar.
Begitu pula, jika punya hobi. Misalnya melukis, bia jadi pelukis dan lukisan itu bisa kita jual di galeri. Bagi yang hobi senam aerobic atau body language, bisa berwirausaha buka studio senam. Bahkan, peluang bisnis itu juga bisa diraih saat kita melakukan perjalanan ke luar kota. Ide bisnis bisa muncul setelah kita melihat bisnis di kota lain, dan itu bisa dijalankan tidak sia-sia, ada baiknya pastikan dulu pasarnya.
Tapi, tentu, peluang bisnis itu hanya bisa diraih, jika kita jeli dan gigih. Ingat pepatah yang mengatakan: “Tidak ada usaha, tidak ada hasil”. Oleh Karena itu, sebaiknya jangan ragu di dalam setiap meraih peluang bisnis yang ada di sekitar kita. Soal besar kecilnya peluang jangan jadi masalah. Tangkap dulu peluang yang ada. Dan, jangan khawatir peluang bisnis yang berikutnya pasti akan mengikuti. Bisnis itu selalu mengalir, seperti bola salju, dimulai dari yang kecil lalu menggumpal menjadi besar.

proses kreatif berwiraswasta

Salah satu tugas kita sebagai pengusaha, selain memiliki keterampilan interpersonal, leadership dan managerial, juga harus mampu melakukan tugas kreatif. Saya yakin, selama pengusaha itu kreatif, maka usahanya akan tetap eksis dan berkembang maju.
Jadi intinya, menjadi pengusaha itu memang harus kreatif. Seolah tiada hari tanpa kreativitas. Karena itulah, kini saatnya kita untuk terus kreatif. Ini mengingat macamnya usaha di Indonesia belum sebanyak di Amerika serikat atapun di Negara lain. Di Amerika Serikat misalnya, ada bisnis yang masih langka dan belum memasyarakat di Indonesia, yakni bisnis menyewakan pakaian dan perlengkapan bayi. Jadi sebenarnya banyak macam usaha yang bisa kita kerjakan, asal kita mau kreatif.
Di dalam kita memilih usaha juga harus kreatif. Begitu juga sewaktu kita menjalankan usaha itu pun harus kreatif. Maka, tak ada salahnya kalau suasana di perusahaan itu harus di ciptakan iklim yang kondusif untuk kita kreatif. Ide-ide kreatif yang semula tak pernah kita pikirkan, akan cenderung muncul. Hanya saja memang kreatif itu memerlukan proses, yakni proses kreatif. Jadi pada awalnya, untuk kreatif itu perlu persiapan, meski secara tidak formal. Tinggal, bagaimana kita sendiri membuat suasana kerja itu kreatif.
Dalam prosesnya, ternyata itu juga membutuhkan konsentrasi kita. Padahal, yang mungkin terjadi pada saat kita melakukan konsentrasi adalah menemui hambatan atau jalan buntu. Sehingga akibatnya, kita tak bisa berbuat apa-apa, atau mengalami frustasi. Dan, sebenarnya frustasi itu merupakan bagian dari proses kreatif itu sendiri.
Dalam kondisi inilah, menurut saya sebaiknya kita tidak menyerah atau putus asa. Jangan berhenti sampai disitu. Tapi, kita harus yakin, bahwa pada saatnya nanti wawasan atau iluminasi akan muncul. Kemnudian, kita melewati proses kreatif berikutnya, yaitu inkubasi atau pengendapan masuk ke dalam alam bawah sadar. Pada saatnya, yaitu pada kondisi yang tidak disengaja, bisa saja muncul iluminasi. Itu artinya ide kreatif telah kita temukan. Lantas yang perlu kita jalankan adalah mengolah atau menjalankan ide kreatif itu menjadi nyata, demi kemajuan bisnis kita. Bahkan menurut saya, untuk memberikan kepuasan pada pelanggan, kitapun harus menggunakan pendekatan yang kreatif. Termasuk juga bagaimana kita mencari modal atau dana pengembangan usaha, peningkatan kegiatan produksi, perbaikan desain, pemasaran, dan lain sebagainya.
Oleh karena itulah, orang kreatif itu sebenarnya adalah sama dengan orang yang berani mengambil resiko. Hanya tinggal seberapa besar sebenarnya kreativitas itu akan mempengaruhi resiko usaha yang dijalankan. Bahkan, saya berpendapat, bahwa seseorang yang berani berpikir kreatif, berarti dia sudah berani mengambil resiko itulah yang usahanya dapat berkembang maju, baik untuk saat ini maupun untuk masa depan.

Minggu, 02 Januari 2011

Menjadi Wira Usaha

Wira Usaha adalah kemampuan untuk berdiri sendiri dan memiliki kemampuan melihat dan menangkap peuang bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungandan mengambil tindakan yang tepat dalam memastikan keberhsilan.
Ciri–Ciri
Seseorang dapat dikatakan sebagai wirausaha apabila ia memiliki ciri–ciri sebagai berikut :
1. Percaya diri
2. Berorientasi pada tugas dan hasil
3. Pengambilan resiko
4. Kepemimpinan
5. Orisinalitas
6. Berorientasi pada masa depan
Watak Wirausaha
Watak yang melekat pada seorang wirausaha adalah :
1. Keyakinan, kemandirian, individualitas dan optimism
2. Kebutuhan untuk berprestasi, beorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekat keras mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif,
3. Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan menyukai tantangan
4. Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik
5. Inovatif dan kreatif serta fleksibel
6. Pandangan ke depan perspektif
Sifat – Sifat Yang Harus Dimiliki Wirausaha
Untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses, diperlukan sifat – sifat sebagai berikut :
1. Terbuka pada pengalaman
2. Melihat sesuatu dengan cara pandang yang berbeda
3. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
4. Memiliki rasa tepo seliro (toleransi yang tinggi)
5. Mampu menerima perbedaan
6. Independen dalam pertimbangan, pemikiran dan tindakan
7. Membutuhkan dan menerima otonomi
8. Percaya pada diri sendiri
9. Berani mengambil resiko
10. Tekun dan ulet
Syarat – Syarat Wirausaha
Setiap wirausahawan pasti ingin sukses dalam menjalankan usahanya. Untuk itu seorang wirausahawan harus membekali dirinya dengan hal – hal sebagai berkut :
1. Memiliki sikap mental yang positif
2. Mampu berpikir kreatif
3. Rajin mencoba hal – hal yang baru ( inovatif )
4. Memiliki motivasi dan semangat juang yang tinggi
5. Mampu berkomunikasi
Kunci keberhasilan Wira Usaha
1. Kemauan yang keras
2. Perjuangan tak kenal lelah
3. Kesediaan menghadapi segala kemungkinan
4. Selalu berproses pikir positif
5. Telaten dan ulet dalam melakukan pekerjaan
6. Informasi dan konfirmasi harus selalu mendapatkan
7. Kreatif, ulet, telaten, sabar dan pantang menyerah
Perlu diingat bahwa kegiatan wira usaha akan menunjang ekonomi keluarga / pemerintah, baik industri dan perdagangan. Pertumbuhan industri yang diikuti kemajuan perdagangan akan melahirkan kesempatan kerja baru. Lapangan kerja baru ini akan menampung tenaga kerja baru,yang pada hakekatnya mengurangi pengangguran, mengatasi ketegangan sosial, meningkatkan taraf hidup masyarakat, memajukan ekonomi bangsa dan negara, pada akhirnya menentukan pula keberhasilan pembangunan nasional.

*Berpikirlah kemarin, Berbuatlah hari ini, Berjayalah hari esok*