Selasa, 07 Desember 2010

Home » » Melongok Pemanfaatan Pupuk Alternatif Bio-Urine ala Peneliti FP Unud

Melongok Pemanfaatan Pupuk Alternatif Bio-Urine ala Peneliti FP Unud

Tampung Kencing Sapi, Hama Takut Menyentuh Tanaman

Hama dan penyakit adalah ''teman'' bagi petani. Hampir setiap jenis tanaman tidak luput dari masalah satu ini yang mana sangat ditakuti oleh petani sendiri. Kini, ada cara ''murah'' menjinakkan hama agar tidak mengganggu tanaman.

ANGGAPAN petani masih kolot memanfaatkan teknologi pertanian, jelas tidak semuanya benar. Belakangan ini banyak petani sudah memanfaatkan bahkan sudah menerapkan teknologi tersebut. Salah satunya memanfaatkan teknologi bio-urine.

Hanya saja, salah satu peneliti bio-urine Ni Wayan Sri Sutari SP dan pakar Fakultas Pertanian Unud Dr Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya, masih mengakui banyak petani masih terkendala dalam menentukan starter-nya (permulaan). Padahal, kata Sutari, dengan terus melakukan pengujian, pihaknya kini sudah mulai menemukan starter yang selama ini di cari petani. Apa itu?

Starter yang dimaksud itu seperti diakui Sutari, yakni dengan starter mol mikroorganisme lokal dengan mengambil dari unsur alam seperti tanaman-tanaman. ''Jadi selama ini dengan melalui tahapan fermentasi, urine hasil fermentasi di dalam bak airase, apa yang menjadi kendala petani bisa diujicobakan dari bahan alam semisal rebung," terang Sutari.

Pihaknya kini sedang meneliti mikroba yang tepat yang bisa dipakai dalam pemanfaatan bio-urine. Rebung itu lah yang kemudian, kata Sutari yang dibenarkan Alit, mampu dijadikan sebagai mol organisme lokal.

Sehingga dengan pengujian itu, Sutari berharap semua petani mampu memanfaatkan teknologi bio-urine ini. Bahkan yang lebih menjanjikan lagi, dibandingkan hanya mengembangkan penggemukan, pemanfaatan teknologi bio-urine ini lebih menguntungkan. ''Pemanfaatan waste (sampah) akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan murni beternak atau bercocok tanam saja," urainya.

Oleh karenanya, dengan pengolahan dan pemanfaatan limbah dari kencing sapi ini petani bukan saja mendapatkan input dari hasil pengemukan. Pemanfaatan sampah itu juga punya keuntungan ganda serta nilai ekonomi tinggi. ''Kalau penggemukan mungkin peluang merugi akan tinggi, namun dengan pemanfaatan dari kotorannya maka sudah dipastikan petani akan untung," terangnya.

Sisi nilai ekonomis ini sendiri menurut Sutari dibuktikan dengan pengembangan peternakan sapi di lahan percobaan milik Fakultas Pertanian di Pegok, Denpasar. Dengan mencoba menggemukkan tujuh ekor sapi, peternak mampu menghasilkan minimal 35 liter air kencing sapi dalam setiap harinya.

Dengan penyusutan 25 persen untuk mendapatkan bio-urine siap pakai, dengan harga Rp 3 ribu per liter atau dua kali lipat harga pupuk padat, maka sudah terukur hasil yang akan di dapat dalam sebulannya, hanya dengan mengelola limbahnya saja.

Kayanya unsur hara mikro dan makro dari pemanfaatan bio-urine kencing sapi yang mampu memenuhi kebutuhan tanaman ini kini diakui banyak petani yang membutuhkanya. ''Permintaan akan kebutuhan bio-urine oleh petani sangat banyak. Dasar itu lah kita akan terus meningkatkan penelitian,'' terangnya sembari mengatakan bahwa pihaknya juga tengah merancang guna memberikan pelatihan manfaat bio-urine bagi tanaman pertanian untuk petani. (*)


Written by Jawa Pos I DIDIK DWI PRAPTONO 
 

0 komentar:

Posting Komentar