Selasa, 14 Desember 2010

Home » » Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Hibrida (1)

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Hibrida (1)

Teknologi intensifikasi padi sawah di suatu wilayah dapat berbeda dengan wilayah lain, tergantung pada permasalahan dan potensi sumberdaya masing-masing wilayah. Paket teknologi spesifik lokasi ditentukan bersama-sama petani melalui analisis kajian kebutuhan dan peluang penerapan teknologi atau pendekatan partisipasi pedesaan (PRA). Berikut beberapa komponen teknologi budidaya padi hibrida.

A. Varietas Hibrida dan Penyiapan Bibit

1. Penggunaan Benih
- Benih padi hibrida hanya dapat digunakan satu kali tanam (F1), setiap menanam harus menggunakan benih baru dan bersertifikat.
- Penanaman benih F2 hanya mampu berproduksi 30% dibanding produksi F1.
- Jumlah benih yang digunakan sebanyak 15 - 20 kg/ha, untuk sistem jajar legowu p2nggunaan benihnya 20% lebih banyak.

2. Persemaian
- Pesemaian dipersiapkan seluas 300-400 m2 untuk pertanaman 1 ha, atau 1 kg benih ditaburkan pada areal 20 m2 pesemaian.
- Seleksi benih jelek dengan merendam pada larutan garam (BD > 1, dengan indikator telur mengapung), benih yang mengapung dibuang.
- Benih yang tenggelam direndam dalam air yang diberi larutan tetramicin dengan dosis 20 ppm selama 12 - 24 jam, selanjutnya ditiris di tempat yang teduh dan aman sampai mulai berkecambah.
- Benih yang mulai berkecambah ditaburkan ke lahan persemaian 40-50 gr/m2, selanjutnya ditutup dengan abu jerami atau abu dapur.
- Pesemaian dipupuk 200 gr urea, 100 gr SP-36 dan 60 gr KCI per 10 m2, diberikan sebelum tabur benih.
- Usahakan lahan persemaian dalam kondisi macak-macak dan tidak tergenang.
- Pada areal asem-asemen, bibit sebelum ditanam dicelupkan pada larutan 2% ZnSO4 (20 gram ZnSO4/liter air) selama 2 menit.
- Pada umur 14-20 hari, benih akan beranak 2-4 batang dan siap dipindah untuk ditanam, serta tergantung varietas padi hibrida yang ditanam.

B. Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah ditujukan untuk mendapatkan media tumbuh yang baik bagi tanaman, pengolahan tanah yang baik juga berfungsi sebagai tindakan awal pengendalian gulma. Pengolahan tanah dianjurkan sebagai berikut:
- Bahan organik 2,0 - 3,0 ton/ha (pupuk kandang atau kompos) diberikan sebelum pembajakan tanah I, terutama pada daerah yang kadar bahan organiknya rendah.
- Tanah berat dibajak sekali kemudian digaru, pada tanah dengan kedalaman lumpur lebih dari 30 cm tanpa dibajak hanya diglebeg/dirotari dan langsung digaru. Gulma dan sisa tanaman diambil dan disingkirkan dari petakan sawah.
- Untuk keserempakan saat tanam, waktu yang diperlukan saat pengolahan tanah I hingga lahan siap tanam sekitar 2 minggu.

C. Cara Tanam
Cara tanam pindah dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
- Tanam serempak, dalam hamparan 25-50 ha diusahakan selesai tanam 7 hari.
- Jarak tanam: 20 cm x 20 cm, 1 bibit/rumpun tanah subur tanam 23 cm x 23 cm atau 25 cm X 25 cm.
- Jarak tanam Tapin Legowo: 40 cm X (20 cm X 125 cm) 1 bibit/rumpun, jarak antar baris berselang-seling 40 cm X 20 cm, jarak dalam barisan 12,5 cm.
- Jarak tanam Jajar Legowo 4:1, tanaman pinggir berjarak 40 cm X (20 cm X 12,5 cm), 1 bibit/rumpun.
- Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan alat “ATAJALE”. (Alat Tanam Jajar Legowo)

0 komentar:

Posting Komentar